LAPORAN
PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI
OLEH:
NAMA : I PUTU PANDE EKA KRISNA YOGA
NIM : 1102105064
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERWATAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
UDAYANA
2012
A. KONSEP
DASAR PENYAKIT
1.
DEFINISI
Oksigenasi adalah
proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi
merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi,
dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
(Wahit Iqbal Mubarak,
2007)
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernapas.
(Wartonah Tarwanto, 2006)
Oksigen adalah
salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas.
Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan oksigen.
Terapi oksigen
merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan
dari terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam
darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium.
Beberapa metode pemberian oksigen:
1) Low flow oxygen system
Hanya menyediakan
sebagian dari udara inspirasi total pasien. Pada umumnya sistem ini lebih
nyaman untuk pasien tetapi pemberiannya bervariasi menurut pola pernafasan
pasien.
2) High flow oxygen system
Menyediakan udara
inspirasi total untuk pasien. Pemberian oksigen dilakukan dengan konsisten,
teratur, teliti dan tidak bervariasi dengan pola pernafasan pasien.
2. ETIOLOGI
Ada beberapa hal
yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma
bronkhial.
1) Faktor predisposisi
a.
Genetik
Dimana yang
diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui cara penurunannya
yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat
juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.
2)
Faktor presipitasi
a.
Alergen
Dimana alergen dapat
dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Ø
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
contoh: debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
Ø
Ingestan, yang masuk melalui mulut
contoh: makanan dan
obat-obatan
Ø
Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
Ø
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim
bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Ø
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
Ø
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu
lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Ø
Olah raga/ aktifitas jasmani
yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
3. FISOLOGI OKSIGEN
Peristiwa bernapas terdiri dari 2
bagian:
1)
Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran
udara dari sekeliling masuk melalui saluran pernapasan sampai keparu-paru.
Proses inspirasi : volume rongga dada naik/lebih besar tekanan rongga dada
turun/lebih kecil.
2)
Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga,
karena ekspirasi adalah suatu gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot
pernapasan. Proses ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan
rongga dada naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari
atas tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
1)
Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya
oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses
ini di pengaruhi oleh beberapa factor:
a.
Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer.
Semakin tingginya suatu tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
b.
Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c.
Adanya kemampuan toraks dan alveoli
pada paru-paru untuk mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil
adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
2)
Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara
O² dari alveoli ke kapiler paru-paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses
pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.
Luasnya permukaan paru-paru.
b.
Tebal membrane respirasi/permeabilitas
yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan.
c.
Pebedaan tekanan dan konsentrasi O².
Hal ini dapat terjadi sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara
berdifusi karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada tekanan
O² dalam darah vena vulmonalis.
d.
Afinitas gas yaitu kemampuan untuk
menembus dan mengikat HB.
3)
Transportasi
Transfortasi gas merupakan proses
pendistribusian O² kapiler ke jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kaviler.
Transfortasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a.
curah jantung (kardiak output),
frekuensi denyut nadi.
b.
kondisi pembuluh darah, latihan
perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit), serta
elitrosit dan kadar Hb.
4.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGEN
1)
Faktor fisiologis
Faktor fisiologis yang mempengaruhi
oksigenasi meliputi :
a.
Penurunan kapasitas membawa oksigen
b.
Penurunan konsentrasi oksigen oksigen
yang diinspirasi
2)
Faktor perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi
yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara.
Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat
pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang
dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak
diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk
thorak dan pola napas. Tahap perkembangan klien dan proses penuaan yang normal
mempengaruhi oksigenasi jaringan:
a.
Bayi Prematur.
b.
Bayi dan Todler.
c.
Anak usia sekolah dan remaja.
d.
Dewasa muda dan dewasa pertengahan.
e.
Lansia.
3)
Faktor lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi
oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2
yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian
memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan
yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer
akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah
panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung
meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang
dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung
sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
4)
Gaya hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan
kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam
tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi
predisposisi penyakitparu.
5)
Status kesehatan
Pada orang yang sehat sistem
kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler
kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain
itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen
dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut
ke dan dari sel.
6)
Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat
menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan
dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat
harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
7)
Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh
kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu:
a.
Pergerakan udara ke dalam atau keluar
paru
b.
Difusi oksigen dan karbondioksida
antara alveoli dan kapiler paru
c.
Transpor oksigen dan transpor dioksida
melalui darah ke dan sel jaringan.
8)
Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan
pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang
sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung
karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo
yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri
seperti pada penderita asma.
9)
Obstruksi jalan nafas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat
terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi
jalan napas bagian atas meliputi: hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat
terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh
kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk
disaluran napas. Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi
sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru.
Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang
kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas
ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).
5.
MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI RESPIRASI
1)
Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan
oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke jaringan.
Penyebab terjadinya hipoksia :
a.
gangguan pernafasan
b.
gangguan peredaran darah
c.
gangguan sistem metabolism
d.
gangguan permeabilitas jaringan untuk
mengikat oksigen (nekrose).
2)
Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut
hyperventilasi elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan
tubuh, yang berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang
diproduksi → menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala :
Tanda dan gejala :
a.
pusing
b.
nyeri kepala
c.
henti jantung
d.
koma
e.
ketidakseimbangan elektrolit
3)
Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran
darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli,
obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala:
a.
napas pendek
b.
nyeri dada
c.
sakit kepala ringan
d.
pusing dan penglihatan kabur
4)
Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari
perafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal
jantung kongestif, dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis
maupun pathologis.
Fisiologis :
a.
orang yang berada ketinggian
12000-15000 kaki
b.
pada anak-anak yang sedang tidur
c.
pada orang yang secara sadar melakukan
hyperventilasi
Pathologis :
a.
gagal jantung
b.
pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam
darah lebih dari 40mg%)
5)
Kussmaul’s ( hyperventilasi )
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6)
Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat
7)
Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
6. Pathway
Terlampir
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan PPOK
A.
Pengkajian
1.
Identitas
Identitas pasien, mencakup:
·
Nama
·
Alamat
·
Umur
·
Status
·
Agama
·
Suku bangsa
·
Pendidikan
·
Pekerjaan
·
Tempat/tanggal lahir
·
No. CM
·
Diagnose medis
Identiras Penanggung jawab :
·
Nama
·
Alamat
·
Tempat/tanggal lahir
·
Status
·
Agama
·
Suku bangsa/bangsa
·
Pendidikan
·
Pekerjaan
·
Hubungan dangan pasien
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan siklus O2
dan CO2 antara lain: batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea,
hemoptisis, wheezing, stridor, dan nyeri dada.
·
Batuk (Cough)
Yang perlu dikaji yaitu lamanya, bagaimana timbulnya,
hubungannya dengan aktivitas, adanya sputum atau dahak.
Peningkatan produksi sputum; meliputi warna,
konsistensi, bau, jumlah karena hal itu menunjukkan keadaan dari proses
patologis. Jika ada infeksi sputum akan berwarna kuning atau hijau, putih atau
kelabu, dan jernih. Jika edema paru, sputum berwarna merah muda karena
mengandung darah dalam jumlah yang banyak.
·
Dipsnea
Merupakan persepsi kesulitan bernapas/ napas pendek dan
sebagai perasaan subjektif pasien. Yang perlu dikaji, apakah pasien sesak saat
berjalan, dll.
·
Hemoptisis
Yaitu darah yang keluar melalui mulut saat batuk.
Keadaan ini biasanya menandakan adanya kelainan berupa bronchitis kronis,
bronkhiektasis, TB-paru, cystic fibrosis, upper airway necrotizing granuloma,
emboli paru, pneumonia, kanker paru, dan abses paru.
·
Chest pain
Nyeri dada bisa berkaitan dengan masalah jantung
seperti gangguan konduksi (disritmia), perubahan kardiak output, kerusakan
fungsi katup, atau infark, dll. Paru tidak memiliki saraf yang sensitive
terhadap nyeri tapi saraf itu dimiliki oleh iga, otot, pleura parietal, dan
percabangan trakheobronkhial.
b.
Riwayat kesehatan sekarang
1)
Waktu terjadinya sakit
·
Berapa lama sudah terjadinya sakit
2)
Proses terjadinya sakit
·
Kapan mulai terjadinya sakit
·
Bagaimana sakit itu mulai terjadi
3)
Upaya yang telah dilakukan
·
Selama sakit sudah berobat kemana
·
Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
4)
Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
· TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik
rate, dan nadi
· Adanya patofisiologi lain seperti saat diauskultasi adanya ronky,
wheezing.
1)
Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab
utama kanker paru – paru, emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus
mencakup:
·
Usia mulai merokok secara rutin
·
Rata – rata jumlah rokok yang dihisap
setiap hari.
·
Usai menghentikan kebiasaan merokok.
2)
Pengobatan saat ini dan masa lalu
3)
Alergi
4)
Tempat tinggal
d.
Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini:
·
Penyakit infeksi tertentu seperti TBC
ditularkan melalui orang ke orang.
·
Kelainan alergi seperti asma
bronchial, menujukkan suatu predisposisi keturunan tertentu. Asma bisa juga
terjadi akibat konflik keluarga.
·
Pasien bronchitis kronis mungkin
bermukim di daerah yang tingkat polusi udaranya tinggi. Polusi ini bukan
sebagai penyebab timbulnya penyakit tapi bisa memperberat.
e.
Genogram
f.
Riwayat kesehatan lingkungan.
3.
POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)
a.
Persepsi terhadap kesehatan –
manajemen kesehatan
·
Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
·
Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
·
Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
b.
Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan
tabel aktifitas meliputi makan, mandi berpakaian, eliminasi, mobilisaasi di
tempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.
c.
Pola istirahat tidur
·
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur
·
Sonambolisme
·
Kualitas dan kuantitas jam tidur
d.
Pola nutrisi - metabolic
·
Berapa kali makan sehari
·
Makanan kesukaan
·
Berat badan sebelum dan sesudah sakit
·
Frekuensi dan kuantitas minum sehari
e.
Pola eliminasi
·
Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB
sehari
·
Nyeri
·
Kuantitas
f. Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan
penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
g.
Pola konsep diri
·
Gambaran diri
·
Identitas diri
·
Peran diri
·
Ideal diri
·
Harga diri
h.
Pola koping
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
i.
Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
j.
Pola peran hubungan
·
Hubungan dengan anggota keluarga
·
Dukungan keluarga
·
Hubungan dengan tetangga dan
masyarakat.
k.
Pola nilai dan kepercayaan
·
Persepsi keyakinan
·
Tindakan berdasarkan keyakinan
4.
PEMERIKSAAN FISIK
a.
Data klinik, meliputi:
1)
TTV
2)
KU
b.
Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
1)
Mata
·
Konjungtiva pucat (karena anemia)
·
Konjungitva sianosis ( karena hipoksemia)
·
Konjungtiva terdapat pethecia ( karena emboli lemak atau endokarditis)
2)
Kulit
·
Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer).
·
Sianosis secara umum (hipoksemia)
·
Penurunan turgor (dehidrasi)
·
Edema
·
Edema periorbital
3)
Jari dan kuku
·
Sianosis
·
Clubbing finger
4)
Mulut dan bibir
·
Membran mukosa sianosis
·
Bernapas dengan mengerutkan mulut.
5)
Hidung
·
Pernapasan dengan cuping hidung, deviasi sputum, perforasi, dan
kesimetrisan.
6)
Vena Leher
·
Adanya distensi/ bendungan.
7)
Dada
a)
Inspeksi
·
Pemeriksaan mulai dada posterior sampai yang lainnya, pasien harus duduk.
·
Observasi dada pada sisi kanan atau kiri serta depan atau belakang.
·
Dada posterior amati adanya skar, lesi, dan masa serta gangguan tulang
belakang (kifosis, skoliosis, dan lordosis)
·
Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakan
dada.
·
Observasi pernapasan seperti pernapasan hidung, atau pernapasan diafragma
serta penggunaan otot bantu pernapasan.
·
Observasi durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang panjang
menandakan adanya obstruksi jalan napas seperti pada pasien Chronic Airflow
Limitation (CAL)/ Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
·
Kaji konfigurasi dada.
·
Kelainan bentuk dada:
Barrel chest : Akibat overinflation
paru pada pasien emfisema.
Funnel chest : Missal pada pasien
kecelakaan kerja yaitu depresi bagian bawah sternum.
Pigeon chest : Akibat ketidaktepatan
sternum yang mengakibatkan peningkatan diameter AP.
Kofiskoliosis : Missal pada pasien osteoporosis
dan kelainan musculoskeletal.
·
Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan dinding dada
mengindikasikan adanya penyakit paru/ pleura.
·
Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inpsirasi yang
mengindikasikan adanya obstruksi jalan napas.
b)
Palpasi
Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan
dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui tactil premitus (vibrasi).
c)
Perkusi
Mengkaji resonansi pulmoner, organ
yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Ada dua suara
perkusi yaitu:
·
Suara perkusi normal:
Resonan (sonor) : dihasilkan pada
jaringan paru normal, umumnya bergaung dan bernada rendah.
Dullness : dihasilkan di atas jantung
atau paru.
Tympany : dihasilkan di atas perut
yang berisi udara.
·
Suara perkusi abnormal:
Hiperesonan : lebih rendah dari
resonan seperti paru abnormal yang berisi udara.
Flatness : nada lebih tinggi dari
dullness seperti perkusi pada paha, bagian jaringan lainnya.
d)
Auskultasi
·
Suara napas normal
Bronchial/ tubular sound seperti suara
dalam pipa, keras, nyaring, dan hembusan lembut.
Bronkovesikuler sebagai gabungan
antara suara napas bronchial dengan vesikuler.
Vesikuler terdengar lembut, halus,
sperti hembusan angin sepoi – sepoi.
·
Jenis suara tambahan
Wheezing : suara nyaring, musical,
terus – menerus akibat jalan napas yang menyempit.
Ronchi : suara mengorok karena ada
sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
Pleural friction rub : suara kasar,
berciut, dan seperti gessekan akibat inflamasi dim pleura, nyeri saat bernapas.
Crakles :
·
Fine cracles : suara meletup akibat melewati daerah alveoli, seperti
suara rambut digesekkan.
·
Coars cracles: lemah, kasar, akibat ada cairan di jalan saluran napas
yang besar. Berubah jika pasien batuk.
5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.
Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung.
·
EKG
·
Exercise stress test
b.
Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah.
·
Echocardiography
·
Kateterisasi jantung
·
Angiografi
c.
Tes untuk mengetahui ventilasi dan oksigenasi
·
Tes fungsi paru – paru dengan spirometri.
·
Tes astrup
·
Oksimetri
·
Pemeriksaan darah lengkap.
d.
Melihat struktur system pernapasan
·
X- Ray thoraks
·
Bronkhoskopi
·
CT scan paru
e.
Menentukan sel abnormal/ infeksi system pernapasan
·
Kultur apus tenggorok
·
Sitologi
·
Specimen sputum (BTA)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)
Bersihan jalan napas tidak efektif
2)
Pola napas tidak efektif
3)
Gangguan pertukaran gas
4)
Intoleransi aktivitas
C. PERENCANAAN
NO
DX
|
TUJUAN
NOC
|
INTERVENSI
NIC
|
EVALUASI
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
bersihan jalan napas efektif sesuai dengan kriteria:
-
Memiliki
RR dalam batas normal
-
Memiliki
irama pernafasan yang normal
-
Mampu
mengeluarkan sputum dari jalan nafas
-
Bebas
dari suara nafas tambahan
|
-
Tentukan
kebutuhan suction oral dan atau trakheal
-
Auskultasi
suara nafas sesudah dan sebelum melakukan suction
-
Informasikan
kepada klien dan keluarga tentang suction
-
Monitor status
oksigen pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status
hemodinamik (tingkat MAP [mean arterial pressure] dan irama jantung)
segera sebelum, selama dan setelah saksion
-
Perhatikan tipe
dan jumlah sekresi yang dikumpulkan
|
S: pasien mengatakan tidak susah lagi dalam bernafas dan tidak ada lagi
secret yang mengganggu
O: pernafasan pasien mulai
stabil
A: Dx ketidakefektifan jalan nafas (dilanjutkan)
P: lanjutkan intervensi
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama….X24 jam diharapkan pola napas efektif dengan kriteria :
-
Memiliki RR
dalam batas normal
-
Mampu inspirasi
dalam
-
Memiliki dada
yang mengembang secara simetris
-
Dapat bernafas
dengan mudah
-
Tidak
menggunakan otot-otot tambahan dalam bernafas
-
Tidak mengalami
dispnea
|
-
Monitor
rata-rata, irama, kedalaman dan usaha respirasi
-
Perhatikan
pergerakan dada, amati kesemetrisan, penggunaan oto-otot aksesoris, dan
retraksi otot supraklavikuler dan interkostal
-
Monitor
respirasi yang berbunyi, seperti mendengkur
-
Monitor pola
pernafasan: bradipneu, takipneu, hiperventilasi, respirasi Kussmaul,
respirasi Cheyne-Stokes, dan apneustik Biot dan pola taxic
-
Perhatikan lokasi
trakea
-
Monitor
peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan, dan haus udara, perhatikan
perubahan pada SaO2, SvO2, CO2 akhir-tidal,
dan nilai gas darah arteri (AGD), dengan tepat
|
S: pasien mengatakan sesaknya berkurang
O: ritme nafas klien normal, tidak adanya penggunaan otot bantu
pernafasan
A: Dx ketidakefektifan pola nafas (dilanjutkan)
P: lanjutkan intervensi
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ….X 24 jam diharapkan pertukaran gas baik dengan kriteria
:
-
Dapat bernafas
dengan mudah
-
Tidak mengalami
dispnea
-
Tidak mengalami
sianosis
-
Tidak mengalami
somnolen
-
Memiliki
perfusi ventilasi yang seimbang
|
-
Posisikan
klien untuk memaksimalkan potensi ventilasinya.
-
Identifikasi
kebutuhan klien akan insersi jalan nafas baik aktual maupun potensial.
-
Lakukan
terapi fisik dada
-
Auskultasi
suara nafas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi
tambahan
-
Monitor
status pernafasan dan oksigenasi, sesuai kebutuhan
|
S: pasien tidak kesulitan dalam bernafas
O: tidak adanya sianosis,
tidak adanya dyspnea, tidak adanya bunyi nafas tambahan
A: Dx gangguan pertukaran gas (teratasi)
P: intervensi
dihentikan
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan
tidak terjadi intoleransi aktivitas sesuai kriteria:
Activity Tolerance
-
Frekuensi jantung dalam rentang
normal saat merespon aktivitas
-
Frekuensi napas dalam rentang normal
saat merespon aktivitas
Self – care : Activites of Daily Living (ADL)
-
Tidak dibantu makan
-
Tidak dibantu berpakaian
-
Tidak dibantu toileting
-
Tidak dibantu mandi
-
Tidak dibantu perawatan
-
Tidak dibantu hygiene
-
Tidak dibantu oral hygiene
-
Tidak dibantu ambulasi : berjalan
|
Energy Management
-
Kaji perasaan verbal tentang
kecukupan energy
-
Kaji penyebab kelelahan seperti
nyeri, pengobatan, dll
-
Monitor intake nutrisi secara
adekuat sebagai sumber energy
-
Monitor laporan pola tidur pasien
serta lamanya tidur berapa jam
-
Batasi stimulasi lingkungan seperti
cahaya dan kebisingan untuk relaksasi
-
Anjurkan bedrest atau batasi
kegiatan seperti meningkatkan waktu periode tidur / istirahat
-
Ajarkan pada pasien atau keluarga
tanda – tanda kelelahan dan anjurkan mengurangi aktivitas.
|
S: pasien mengatakan sudah mulai beraktivitas yang ringan
O: pasien bisa beraktivisa tanpa dibantu
A: Dx intoleransi aktivitas (di lanjutkan)
P:lanjutkan
intervensi
|
Daftar Pustaka
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta
Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.
2009-2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Docterman dan Bullechek. Nursing
Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States Of America:
Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar